Materi leadership training LPDP ini benar-benar baru dan sangat menginspirasi saya untuk membangun personal branding. Selama ini yang saya ketahui adalah survey, tapi ternyata survey itu hanya mengkonfirmasi hasil pencitraan, yang lebih penting adalah personal branding nya itu sendiri. Personal branding sendiri dilakukan without pressure dan perlu proses, sehingga tidak akan terbentuk instant dalam jangka pendek.
Saya setuju dengan pembahasan di kelas program pengayaan dengan nara sumber ibu Amalia (ahli di bidang etnografi). Salah satu tokoh yang sukses dalam personal branding ini adalah gubernur DKI Jakarta, Bapak Jokowi. Ia sukses dari sisi media yang citranya positif, tidak hanya dikenal secara luas, orang mempunyai persepsi positif, menjadi media darling dan mampunyai interaksi dan kedekatan dengan insan pers, hal ini dapat kita ketahui secara kasat mata melalui berbagai pemberitaan media dan testimoni beberapa wartawan di media Twitter. Menurut pendapat saya, Berbeda dengan personal branding wakilnya Ahok, meskipun dikenal luas namun kesan masyarakat mungkin tidak semuanya positif, dengan caranya berbicara yang keras yang menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Namun menurut saya,
keduanya adalah pemimpin yang berkarakter yang dibutuhkan Indonesia kedepan; dan bahwa yang mereka lakukan adalah bukan pencitraan semu, mereka adalah orang-orang berintegritas, yang bekerja dengan segenap hati untuk membangun bangsa Indonesia.
Berbeda halnya dengan Aa Gym yang personal brandnya hancur karena dia tidak bisa menjaga brand “jagalah hati”. Untuk dapat memperbaikinya kembali, ia harus keluar dari segmentasi market awalnya yaitu ibu-ibu, dan harus mencari segmen serta branding yang berbeda.
Selesai sesi ini, saya sebagai wanita Indonesia penerus bangsa menjadi merenung, seperti apa personal branding yang akan saya bangun dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Kedepan diperlukan program-program kepemimpinan yang mampu meduplikasi pemimpin-pemimpin berkarakter untuk jangan pendek, dan menciptakan pemimpin dengan karakter baru yang lebih baik pada jangka panjang; selanjutnya, mengefisiensikan dan mengefektifkan jaringan agen of change yang dibangun baik oleh birokrat maupun civil society.